Keranjingan Sholawat Antah Berantah

Di tengah kekacauan kehidupan dunia seperti: merajalelanya korupsi, harga barang yang melambung, bencana alam silih berganti, politik yang carut marut, dll, ketenangan jiwa menjadi oase yang didambakan oleh banyak orang. Berbagai macam metode “pencerahan jiwa” sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Biaya mahal tidak jadi masalah asalkan mereka mampu meraih “ketenangan” yang mereka cari.

Beberapa metode “pencerahan jiwa” seperti model mujahadah, zikir atau shalawat berjamaah, riyadhah, atau meditasi banyak dipengaruhi tasawuf (ajaran sufi). Jadi tidak heran para habib yang mengajarkan tasawuf sangat digandrungi oleh masyarakat. Masyarakat tidak peduli apakah yang diajarkan oleh guru tasawuf itu betul-betul berasal dari agama atau hanya karangan mereka saja. Yang penting hati ini menjadi tenang.

Tidak percaya? Coba tanyakan kepada mereka mengapa begitu gandrung mendengarkan shalawat atau dzikir yang tidak diketahui asalnya itu. Jawabannya bisa jadi salah satu di bawah ini:

  1. Enak didengar
  2. Membangkitkan keterikatan emosional dengan Nabi saw
  3. Menenangkan pikiran yang jenuh dan hati yang kalut
  4. Menimbulkan rasa kangen dengan keluarga di kampung

Poin dari nomor 1 sampai 4 sangat erat kaitannya dengan ketenangan jiwa.

Selain kaitannya dengan ketenangan jiwa, masyarakat juga sangat gandrung dengan yang namanya pahala. Mereka menginginkan pahala yang berlipat ganda dengan usaha yang sedikit. Mungkin mereka merasa banyak dosa, sedangkan kesempatan yang ada untuk berbuat kebaikan sangat sedikit.

Contohnya adalah seperti keutamaan shalawat X.

  1. Membaca sholawat X 1x setiap hari di jamin hidup bahagia dunia dan akhirat
  2. Membaca sholawat X 1x menghapus semua dosa
  3. Membaca sholawat X 1x menyamai pahala ibadah semua mahluk di alam semesta ini 6000x lipat
  4. Membaca sholawat X 1x menyamai pahala sholawat yang dibaca oleh seluruh mahluk dari awal di ciptakan sampai sekarang 600x lipat
  5. Membaca sholawat X 1x setiap hari, di jamin mati membawa iman ( husnul khotimah ).
  6. Membaca sholawat X 10x di malam jum’at lebih besar pahalanya dari pada ibadah seorang wali yang tidak membaca sholawat al-Fatih selama 1 juta tahun.
  7. Pahala sholawat X dapat menutupi dan mengganti kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap orang lain, sehingga ia dapat mengganti tuntutannya di hari kiamat.
  8. Membaca sholawat X 100x di malam jum’at menghapus dosa 400 tahun.

Walaupun sangat tidak masuk akal, ganjaran yang disebutkan di atas itu, orang-orang tetap mati-matian mengamalkan shalawat X itu., karena mereka menginginkan hasil segera ‘instant’. Mereka jadi tidak peduli kesahihan fadilat itu. Selama keluar dari mulut  syeikh-syeikh, ustadz-ustadz, kyiai-kyiai mereka, maka dijamin sudah 100% asli.

Melalui buku-buku “tazkiyatun nufus (penyucian jiwa)” yang beredar, masyarakat juga dicekoki beragam cerita takhayul dan khurafat tasawuf yang menyesatkan, hanya berlandaskan pada pengalaman/kontemplasi tokoh-tokoh sufi.

Pertanyaannya, tak cukupkah al-Qur’an dan as-Sunnah kita jadikan rujukan? Mana yang lebih bisa dipegangi dan selamat untuk diikuti, al-Qur’an dan as-Sunnah ataukah cerita picisan model sufi?

Inilah problem “dakwahtainment” dewasa ini. Cara-cara dan subtansi dakwah yang diajarkan Rasulullah n justru ditinggalkan. Alih-alih memprioritaskan tauhid dan ajaran yang benar, aksi panggung artis “dakwahtainment” juga kering dari dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahih. Asal bikin orang memerhatikan isi ceramahnya, asal bisa diterima, bahkan asal bikin audien terpingkal-terpingkal, substansi menjadi nomer dua. Di kampung-kampung, malah muncul dai yang isinya hanya menyanyi qasidah/lagu-lagu gubahan, dari awal hingga akhir. Kalau sudah begini, bagaimana masyarakat awam “melek” agama?

Tentu ironis jika jalan tazkiyatun nufus yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah dianggap kurang bisa memikat masyarakat yang didakwahi, dianggap cara-cara klasik, tidak keren, dsb. Tugas dai adalah menyampaikan, perkara hidayah adalah urusan Allah. Selama kita mendakwahkan substansi yang benar sekaligus menggunakan cara-cara yang benar, insya Allah dakwah itu akan berkah.

Leave a comment