Bagaimana Cara Mengobservasi Hilaal?

Katakan sekarang ini bulan yang berjumlah 29 hari. Untuk menentukan apakah keesokan harinya sudah masuk bulan baru, maka orang-orang mencoba melihat Hilaal pada hari ke 29 menjelang Maghrib. Ini sungguh tidak mungkin, karena Hilaal hanya terlihat setelah 24 jam dari waktu kelahirannya. Itupun tidak semua tempat bisa melihat Hilaal. Banyak juga tempat yang hanya bisa melihat Hilaal setelah 48 jam hari kelahirannya, alias hari ke-3. Jadi jangan heran, kalau menggunakan kriteria melihat Hilaal, dua kota yang berjarak sekitar 3 jam saja, bisa masuk bulan Ramadhan ataupun bulan Syawal pada hari yang berbeda. Dalam hal ini SATU TANGGAL MEREPRESENTASIKAN HARI YANG BERBEDA.

Jadi apa penyelesaiannya? Mudah saja. Sebagai ganti melihat Hilaal, maka yang perlu dilakukan adalah mengobservasi Hilaal. Mengobservasi dengan melihat adalah dua hal yang berbeda. Pengobservasian Hilaal tidak perlu melihat Hilaal secara kasat mata. Yang diperlukan adalah mengamati phasa-phasa bulan, paling tidak 1/4 bulan terakhir. Puncak pemerhatian adalah pada malam ke-29. Jika pada malam itu ternyata Hilaal belum muncul di suatu tempat bagian barat, maka bulan baru dimulakan setelah 30 hari.

Ketika kita mengamati pergerakan bulan, maka kita dapat melihat bahwa bulan akan muncul dari bagian barat beberapa saat matahari terbenam, kadang-kadang pada hari ke-29 dan ke-30.

Jika kita berada pada bulan yang berjumlah 29 hari, maka pada hari ke-29, jika keadaan langit sangat bersih, maka kita kita akan mampu melihat Hilaal (gambar (a)). Dengan demikian keesokan hari adalah bulan baru.

Kalau seandainya kita berada pada bulan yang berjumlah 30 hari, maka kita tidak akan melihat kemunculan Hilaal pada malam ke-29 dan ke-30 (gambar (b)). Oleh karena itu Nabi SAW memerintahkan untuk memulai bulan baru setelah hari ke-30 berakhir tanpa melihat Hilaal lagi.

Mencoba melihat Hilaal pada malam ke-30 adalah sebuah perbuatan sia-sia.  Hilaal hanya terlihat ketika matahari dan bulan berpisah sejauh lebih dari 12 derajat atau 48 menit. Jika bulan sabit dijadikan penanda awal puasa, maka kita akan berpuasa pada hari kedua.

Membedakan Bulan-Bulan 29 Hari atau 30 Hari

Sangat mudah untuk membedakan antara bulan-bulan yang memiliki 29 hari dengan bulan-bulan yang memiliki 30 hari. Bulan sabit yang terdapat pada bulan 29 hari berbentuk lebih gemuk daripada bulan yang berjumlah 30 hari.

‘Manaazil (elongation) adalah perjalanan bulan dalam sehari. Ia besarnya kira-kira 12 derjat dan bisa diukur dengan jari-jari kita, terutama pada hari ke-3.  Dengan demikian kita dapat mengukur umur bulan atau tanggal untuk menentukan awal atau akhir bulan beberapa hari sebelumnya.

Qur’an tidak menyebutkan apapun mengenai Hilaal yaitu bulan sabit pertama setelah kemunculan bulan baru (the waxing crescent). Hilaal tidak berguna sama sekali untuk penentuan awal bulan, karena ia muncul pada hari kedua. Jika kita mengikuti Hilaal, maka kita akan selalu memulai puasa Ramadhan dan 1 Syawal pada hari yang salah.

Bulan terbit seketika ketika azan Subuh dan bisa terlihat sebelum matahari terbit pada bagian terendah di ufuk timur (eastern horizon). Ia langsung lenyap setelah matahari terbit. Jika hari selanjutnya bulan tidak kelihatan dari bumi, maka itu pertanda telah terjadi konjugasi yang berarti hari terakhir dari bulan sebelumnya.

Quran menjelaskan bagaimana bulan sabit berubah bentuk menjadi ‘gibbous’ dan bulan penuh hingga kemudian berubah kembali menjadi ‘gibbous’, ‘crescents’ (Hilaals) dan kemudian kembali menjadi ‘urjoonul qadeem’ sehari sebelum berakhirnya bulan.

Pada hari terakhir, bulan berada pada sisi yang tidak terlihat dari bumi. Hari berikutnya, ketika bulan bergerak 12 derjat menjauhi matahari, Hilaals terlihat kembali.  Orang-orang Arab menyebut ‘waxing crescent’ sebagai ‘manaazil al ijthima’iyyah’ dan ‘waning crescents’ sebagai ‘manaazil al isthiqbaliyyah’.

Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk melihat Hilaal pada hari ke-29. Hilaal yang dimaksud di sini adalah ‘waning crescents’ atau bulan sabit yang makin mengecil. Jika Hilaal ini kelihatan, pertanda bulan sebelumnya adalah bulan yang memiliki 29 hari. Sebaliknya jika Hilaal tidak kelihatan, maka bulan ini bulan yang berjumlah 30 hari. Tidak ada guna melihat Hilaal di hari ke-30, karena dipastikan tidak akan tampak. Hilaal pertama muncul kembali setelah bulan baru (telah terjadi konjugasi) pada hari kedua. Hilaal inilah yang disebut  ‘waxing crescent’. Menggunakan Hilaal yang muncul setelah masa konjugasi untuk menentukan awal bulan baru, tidaklah tepat. Ini akan memberikan kalender artifisial bukan kalender Islam yang sebenarnya.

 

Leave a comment