Melihat Hilaal sebagai penandaan hari pertama dari sebuah bulan juga merupakan sebuah budaya di semenanjung Arab dan tempat-tempat lainnya sebelum kedatangan Islam. Orang-orang Yahudi menentukan kalender bulannya berdasarkan penglihatan Hilaal. Kalender bulan seperti apa yang digunakan oleh suku-suku Arab tersebut?
Suku-suku Arab pada zaman Nabi saw menggunakan kalender bulan buatan (artificial) yang memiliki hari-hari 29 dan 30 berselang-seling. Tentu saja cara seperti ini tidak seirama dengan phasa bulan.
Phasa bulan: 29-29-30-29-30-29-29
Suku Arab: 29-30-29-30-29-30-29
Dalam rangka memperbaiki ketidaksesuaian tersebut, Rasulullah saw kemudian menyuruh umatnya untuk mengamati Hilaal guna menentukan apakah pada saat ini bulan yang memiliki 29 hari atau 30 hari. Dengan demikian hari-hari bulan yang didapat tidak lagi berselang-seling antara 29 hari dan 30 hari, tapi bersesuaian dengan phasa-phasa bulan.
Kata Hilaal berasal dari kata “Halla” yang artinya “mengumumkan”. Ia digunakan untuk melihat bulan sabit yang pertama dan mengumumkan hari pertama bulan baru. Praktek yang salah ini kemudian diperbaiki oleh Nabi SAW ketika puasa mulai diterapkan pada tahun ke-2 Hijra. Quran 2:189 menunjukkan hal tersebut.
Sayangnya hingga hari ini, kalender Yahudi banyak beredar di kalangan Muslim.