Ada orang-orang yang berpendapat bahwa non-muslim pada zaman ini juga berkesempatan untuk masuk Surga. Mereka berdalil dengan ayat di bawah ini:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan ash-Shabi-iin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62).
Inilah ayat yang sering ditafsirkan sesuka hati oleh kaum pluralis untuk membenarkan pendapat mereka. Kita katakan cara penafsiran mereka itu salah, karena tidak mengikuti metodologi penafsiran yang benar. Tapi mereka ngotot mengatakan siapa saja boleh menafsirkan al’Quran. Makanya mereka tidak mau memakai hasil-hasil penafsiran dari para ulama tafsir. Jangan heran kalau tafsiran mereka pada ngawur semua, karena mengikuti hawa nafsu.
Ulama-ulama tafsir menghasilkan beberapa penafsiran mengenai ayat di atas. Tapi pada saat ini hanya diketengahkan dua penafsiran saja.
1. Ayat di atas berkaitan dengan orang-orang yang beriman dari kalangan umat ini dan juga umat-umat terdahulu sebelum diutus Rasulullah s.a.w. Umat-umat terdahulu di antaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani yang hidup sebelum diutusnya nabi terakhir. Di antara mereka tentu ada yang benar-benar beriman kepada Allah, ada juga yang tidak. Ayat di atas bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul karena ayat-ayat sebelumnya yang berisi celaan terhadap Bani Israil. Dikhawatirkan sebagian orang akan menyangka bahwa seluruh Bani Israil terkena dengan keumuman celaan tersebut. Padahal yang terkena celaan tersebut adalah kaum Bani Israil yang tidak benar-benar beriman kepada Allah.
Kenapa ayat di atas turun ya? Ceritanya begini. Pada suatu ketika Salman bercerita kepada Nabi s.a.w mengenai para sahabatnya yang juga melakukan sholat, puasa, serta beriman bahwa nantinya Nabi terakhir akan diutus. Seusai Salman memuji para sahabatnya, Nabi s.a.w berkata, “Wahai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Salman merasa sedih mendengar ucapan Nabi s.a.w. tersebut, sehingga Allah menurunkan ayat di atas untuk mengkoreksi ucapan Nabi s.a.w. tersebut.
2. Adapun penafsiran kedua menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang beriman” adalah orang-orang munafik. Sebab jika dinilai secara zhahir mereka tampak sebagaimana halnya orang-orang yang beriman. Karena itulah penyebutannya disandingkan dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Lalu Allah mengabarkan bahwa siapa saja yang kemudian beriman kepada Allah dan hari akhir dengan keimanan yang sebenar-benarnya -tentunya mencakup keimanan terhadap Nabi Muhammad s.a.w. – maka mereka mendapatkan ganjaran yang disebutkan dalam ayat.
Sepanjang yang diketahui, dalam kitab-kitab tafsir yang mu’tabar, tidak ada seorang ahli tafsir pun yang mengatakan bahwa ayat ini dijadikan dalil bahwa non-muslim juga mungkin akan masuk surga. Kenapa begitu ya? Hal itu disebabkan sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa non-muslim yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. sesudah diutusnya beliau akan masuk neraka. Sebagian kecil dari dalil-dalil tersebut adalah:
Nabi s.a.w bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya! Tidaklah mendengar tentangku seorang pun dari kalangan umat ini, baik dari kalangan Yahudi maupun Nasrani, kemudian ia (memilih) tidak beriman kepadaku melainkan ia termasuk ahli Neraka.”
Allah berfirman: “Dan barangsiapa mencari selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Allah berfirman: “Sesungguhnya kesyirikan benar-benar adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisaa’: 116).
Allah berfirman: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke dalam neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 6)
Bagaimana mungkin non-muslim yang melakukan kesyirikan yang merupakan kezaliman yang sangat besar bisa masuk surga. Juga bagaimana mungkin non-muslim yang tidak pernah melakukan sholat, puasa, dll, bisa dengan santainya masuk surga. Sedangkan muslim sendiri harus bersusah payah melakukan itu semua demi mendapatkan surga. Ini namanya tidak adil. Kalau mau adil, muslim juga tidak perlu melakukan sholat, puasa, menutup aurat, atau melakukan kesyirikan. Dengan demikian tidak perlu lagilah syariat Islam dari awal sampai akhir. Itulah tujuan yang ingin di capai oleh kaum pluralis atau Islam liberal.
Amal shalih yang dilakukan oleh non-muslim juga sia-sia, seperti debu yang beterbangan. Karena syarat suatu amalan dikatakan sebagai amal shalih apabila memenuhi dua syarat yaitu:
- Ikhlas, yaitu hanya ditujukan untuk Allah semata dan tidak diiringi prektek syirik.
- Meneladani Nabi s.a.w.
Apakah non-muslim memenuhi kriteria-kriteria tersebut? Tentu saja jawabannya tidak.
Meniru Ahli Kitab?
Kaum pluralis beranggapan bahwa pernyataan bahwa hanya orang Islam sajalah yang masuk surga, sedangkan non-muslim akan masuk neraka adalah penyerupaan terhadap Ahli Kitab itu sendiri. Kenapa bisa begitu ya? Pernyataan mereka berdasarkan sabda Nabi s.a.w. yang berbunyi:
“Kalian benar-benar akan mengikuti tata cara orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta. Bahkan sekiranya mereka memasuki lubang dhabb -hewan herbivora yang mirip dengan biawak-, maka tentulah kalian akan memasukinya juga.” Kami -para Sahabat- bertanya, “Ya Rasulullah, apakah orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Nabi ` menjawab. “Siapa lagi -kalau bukan mereka-?!”
Nah dalam al-Quran sendiri ada disebutkan:
“Dan orang-orang Yahudi berkata: ‘Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan,’ sementara orang-orang Nasrani berkata: ‘Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan,’ padahal mereka (sama-sama) membaca al-Kitab….” (QS. Al-Baqarah: 113).
Jadi kesimpulan kaum pluralis itu adalah jika ada orang Islam yang mengatakan non-muslim masuk neraka, maka tingkah laku orang Islam ini sama saja dengan tingkah laku orang Yahudi dan Nasrani yang diceritakan dalam ayat di atas.
Itulah logika ngawur yang dipakai oleh kaum pluralis atau Islam liberal tersebut.
Karena pernyataan bahwa non-muslim itu akan masuk neraka bukanlah karena ikut-ikutan Ahli Kitab, tapi karena nash-nash al-Qur’an dan Sunnah yang ada memang sudah menyebutkan hal tersebut. Lagipula tidak semua yang dilakukan oleh umat terdahulu (Ahli Kitab) tidak boleh dilakukan oleh kaum Muslimin. Selama ada sandarannya dalam al-Qur’an dan Sunnah, selama itulah kaum Muslimin akan melaksanakannya. Walaupun asalnya dari kaum Ahli Kitab dulunya. Contohnya adalah seperti puasa.
Tapi jangan salah sangka dulu ya?
Walaupun secara umum non-muslim itu akan masuk neraka, tapi secara individu kita tidak tahu nasib mereka. Mungkin saja non-muslim itu tidak pernah sama sekali mendengar ajaran Islam. Atau mungkin yang mereka dengar tentang Islam adalah yang jelek-jelek saja akibat propaganda media massa. Bolehkah kita menyebut mereka kafir dan masuk neraka? Padahal kita sama sekali belum berdakwah kepada mereka. Kita belum menyampaikan ajaran Islam kepada mereka. Untuk yang satu itu, serahkan saja kepada Allah SWT. Karena itulah hak Allah SWT, menentukan seseorang itu masuk neraka atau tidak. Kita hanya bisa berkata secara umum bahwa non-muslim akan masuk neraka karena memang disebutkan dalm al-Qur’an dan sunnah. Kita tidak bisa mengatakan bahwa si anu akan masuk neraka.
Contohnya kita punya kawan non-muslim namanya Michael. Pada suatu hari kita katakan pada Michael bahwa dia pasti masuk neraka karena bukan beragama Islam. Michael sangat terkejut. Kenapa bisa begitu katanya? Saya sama sekali tidak tahu apa itu Islam. Kamu kan beragama Islam. Kenapa kamu tidak pernah menerangkan kepada saya apa itu Islam?
Contoh lainnya lagi adalah, kita sudah bersusah payah menerangkan apa agama Islam itu kepada kawan kita yang atheist. Tapi ternyata dia lebih memilih memeluk agama Kristen. Dalam hal itu sudah lepaslah tanggung jawab kita untuk menyampaikan ajaran Islam kepadanya. Tapi mengatakan dia akan masuk neraka, juga belum tentu juga. Soalnya ada kemungkinan, kawan kita itu akan memeluk Islam sebelum meninggal. Siapa tahu? Jadi yang lebih tepat adalah, kawan kita itu akan masuk neraka, apabila statusnya masih tetap sebagai orang Kristen sebelum meninggalnya.
Kesimpulannya, secara umum semua non-Muslim masuk neraka, kecuali bagi mereka yang sempat mengucapkan syahadah sebelum meninggal. Secara individu, kita tidak tahu apakah seseorang itu akan masuk neraka atau tidak. Hanya Allah-lah yang tahu mengapa individu itu tidak memeluk Islam. Mungkin alasannya bisa diterima oleh Allah, mungkin juga tidak. Jadi keputusan ada pada Allah untuk menentukan individu itu masuk neraka atau tidak.
Sumber
Dr. Daud Rasyid M.A.
Telaah Kritis Atas Islam Inklusif Kang Jalal (1)
Telaah Kritis Atas Islam Inklusif Kang Jalal (2)
Artikel-Artikel Lainnya
Kebaikan Orang Kafir: Fatamorgana!
Percaya Semua Agama Benar, Menjadi Murtad?
The Doctrine of the Validity of all Religions
10 Perkara Yang Membatalkan Syahadah
Siapa Yang Diberi Petunjuk Oleh Allah SWT?