Hari ini setelah sholat Maghrib, aku memutuskan untuk mengajar anak-anakku tentang bahaya ramalan bintang atau yang lebih populer dengan sebutan Horoskop.
“Ada yang tahu apa itu Horoskop?” aku memulai pembicaraanku.
Kedua anakku yang berumur tujuh tahun hanya menunjukkan wajah kebingungan, sambil menjawab, “Apa itu Horoskop ayah?”.
“Pernah dengar bintang Aquarius, Leo, Sagitarius, dan semacamnya?”
Tiba-tiba anakku yang sulung bangkit dan berkata,”Sebentar ayah, Mutia mau tunjukkan sesuatu”.
Kemudian dia berlari ke kamar, dan kembali lagi dengan membawa sebuah buku diari.
“Seperti yang ini ayah ya?” tanya Mutia.
Aku memperhatikan buku diari itu dengan seksama. Ternyata tiap lembar buku diari itu berisikan nama bintang-bintang horoskop, lengkap dengan ramalannya. Aku merasa tidak pernah membelikan diari semacam ini, karena aku sangat anti dengan yang namanya horoskop.
“Siapa kasih buku ini Tia,” tanyaku lagi.
“Kawan Tia yang kasih,” jawabnya.
Oh patutlah.
Ramalan Bintang Yang Mencemari Kemurnian Aqidah
Salah satu tindakan yang mencemari kemurnian tauhid adalah membaca dan mempercayai Horoskop. Horoskop adalah bintang seseorang yang berdasarkan tanggal lahir dan digunakan untuk meramal nasib baik dan nasib buruk orang tersebut.
Seingat saya tidak pernah di sekolah dulu diajarkan tentang bahayanya ramalan bintang. Mungkin saja diajar, tapi dengan penekanan yang sangat sedikit. Sehingga mudah terlupakan dengan berlalunya waktu. Inilah salah satu kelemahan pelajaran agama di sekolah kita dahulu. Terlalu menekankan pada fiqh ibadah, tapi lupa dengan aqidah. Jadi jangan heran sampai usia dewasa pun masih ada orang Islam yang percaya dengan horoskop atau ramalan bintang. Kebanyakan kalau ditanya kenapa melakukan hal itu, jawabannya adalah mereka tidak tahu bahwa hal itu dilarang di dalam Islam.
Padahal kalau kita baca firman-firman Allah SWT di dalam al-Qur’an, maka kita akan dapatkan bahwa hanya ada tiga tujuan penciptaan bintang yaitu: penghias langit, pelempar syaitan dan tanda bagi orang untuk mengenali arah. Jadi bukannya digunakan untuk menentukan kebaikan atau keburukan perjalanan hidup makhluk Allah SWT di muka bumi.
Menyandarkan diri pada ramalan bintang bisa membawa kepada kesyirikan. Sedangkan syirik adalah suatu perbuatan yang menzalimi Allah SWT. Bayangkan, bukan orang lain yang anda zalimi, tapi Allah sendiri yang telah menciptakan anda. Sudah pasti Allah SWT tidak akan mengampunkan dosa orang yang berbuat syirik, kecuali sempat bertobat sebelum meninggal.
Seorang Muslim bukan saja dilarang membenarkan ramalan Horoskop, bahkan membacanya juga. Mungkin ada yang berargumentasi, cuma untuk iseng saja baca horoskop, bukan untuk mempercayainya. Tapi percayalah, hati manusia mudah berubah, dari yang semula tidak percaya, terakhir menjadi percaya karena kejadian-kejadian tertentu. Jadi jauhilah Horoskop, kecuali untuk menerangkan kesalahannya kepada orang lain.
“Ok…sekarang ayah kasih tugas ke Mutia untuk mencari tahu sejarah Horoskop dan contoh-contohnya, dari internet,” arahku.
Dengan antusias Mutia segera berlari ke komputer di ruang tamu dan segera sibuk dengan paman Google.
“Eh Mutia, jangan dibaca lama-lama isi Horoskop itu, nanti bisa terpengaruh. Cukup “copy” dan “paste” kan ke Microsoft Word. Nanti ayah terangkan lagi apa bahayanya,” tegurku.
“Betul ya ayah, kita tidak boleh baca Horoskop,” tanya Mutia.
“Betul sekali. Dosanya adalah dosa syirik, bahaya tuh,” kataku sambil berlalu ke dapur.
Begitulah usahaku untuk menanamkan aqidah yang kuat kepada anak-anakku. Aku berpendapat, untuk apa hapal Juzamma, puasa penuh di bulan Ramadhan pada usia yang sangat muda, pintar ngaji, tapi aqidahnya kacau. Karena apa? Aqidah itu pondasi agama. Segala amal ibadah akan tertolak, kalau aqidah kita hancur.